Monday, December 10, 2007 at 5:28 PM |  
MONOLOG MBULAT.....(Part 1)

Berkali-kali aku gonta-ganti pekerjaan mulai dari tukang batu yang hanya mengandalkan fisik, hingga tukang......”Eeeh, kalian tidak percaya? Coba kalian lihat otot-otot di tubuhku ini!” (bergaya binaraga), “Hah? Kalian masih tidak percaya juga? Coba perhatikan dengan benar kedua belah telapak tanganku ini, sudah?”halus”? bukan! Kalian lihat dengan teliti, ada kapal besar disini. Ya, daging kapal, daging yang mengeras, membatu. Bertebaran, menggunduk, kasar. Tapi aku senang, meski tubuh lelah tapi hasil keringatku sendiri. Tetes-tetes peluh yang penuh berkah.

Aku juga pernah jadi pedagang asongan, jual air mineral, rokok, permen, tapi banyak sesama pedagang mengeluh, katanya aku menguasai semua ruang, apalagi di lorong bis, bukan hanya sesama pedagang, tapi kernet dan kondektur juga komplain. Hanya memenuhi bis saja, terlebih saat bis penuh sesak. Wah, panas kupingku mendengar celotehan mereka, bikin bis olenglah, bikin tambah panaslah, sumpeklah, apalah, inilah, itulah dan yang lain-lainlah, padahal kerjaku saja belum dimulai, belum apa-apa, huh.....kaya’ sajaknya siapa ya? Yang aku ini binatang jalang itu lho...

Kemudian aku ganti haluan, maksudku masih tetap jualan, jualan rokok juga dengan koran, majalah dan teman-temannya itu. Tetapi di warungan, tepatnya di pinggir jalan Jendral Soedirman. Yah, tapi memang tapi, permasalahannya bukan laku atau tidak laku, tapi..... penyakitku itu yang tidak bisa ditawar, hingga kini tak ada obatnya. Penyakitku itu...., kalau sudah duduk, bersandar, tenang. Apa yang terjadi selanjutnya? Penyakitku langsung kambuh. Menyerang dengan ganas, aku pasti tertidur, apalagi kalau sepi, wah mendukung sekali. Hehehe...penyakit ko’ tidur!!!

Makanya, aku sekarang beralih profesi menjadi penjual bakso keliling. Lumayan. Tidak begitu menguras tenaga, tidak diomeli orang lain, dan yang pasti terhindar dari penyakit akutku itu, Tidur!
Masalahnya waktu jualanku, mulai dari sore sampai malam, yaa....sehabisnya lah. Dengan keliling aku terhindar dari serangan kantuk, karena kalau sekiranya di satu tempat nggak laku, aku langsung ke tempat lain. Jalan kaki, itung-itung olahraga. Badan jadi sehat, uang jadi kuat. Mencari keramaian, perempatan, pos kamling, atau pusat-pusat keramaian seperti alun-alun, tempat orang punya hajat atau tempat-tempat tontonan. Pasti lakunya.

Ting.....ting........ting.........
Ada yang bilang kalau hujan pasti laris, tapi yha nggak mesti. Rejeki kan datangnya dari yang di atas. Eh, bener lho!aku mempercayainya. Pernah aku berjualan sekuat tenaga, tapi tak ada hasilnya. Nol. (melepas peci dg tangan kanan kemudian memukulkan ke tangan kirinya).

Peci ini, bisa jadi ada pengaruhnya saat jualan.sebelum aku cerita tentang peci ini, aku akan bercerita masalah penampilan. Dulu sewaktu awal berdagang bakso, pakaianku seadanya. Waktu itu kebetulan baju yang aku pakai berwarna hitam. Ternyata pelanggan tidak merespon. Seakan takut memandangku....padahal daganganku bersih....,mengetahui hal itu aku ganti pakai kaos bergaris. Merah putih,merah putih...bukannya pada beli, mereka malah mencibir : “pantasnya sampean jualan sate dengan pakaian kayak gitu”, aku sakit hati. Tapi bagaimanapun itu adalah sebuah masukan. Kritikan kadang memang menyakitkan, tapi kalau kita lihat dari sisi positifnya pasti bermanfaat, seperti obat, kalau dirasa memang pahit, tapi didalam tubuh membuat sehat. Akhirnya aku ganti pakaianku dengan kemeja, rapi, baju kumasukkan celana, rapi. Mungkin memang ada hubungannya antara pakaian dengan konsumen. Hasilnya lumayan.

Sedang senang-senangnya meneguk hasil, isu bakso tikus merebak! Wah!!! Bubar daganganku...pembeli mulai menghindar. Padahal jujur, aku tak pernah berjualan menggunakan daging tikus. Baksoku asli, daging sapi. Tapi orang jujur, jaman sekarang malah jarang dipercaya. Aku hampir putus asa, tiap hari tak ada pemasukan, kosong, rasanya ingin mati...saja.
Akhirnya, saat aku bingung, frustasi, entah kenapa, tiba-tiba, saat itu aku sudah dekat dengan masjid. Kuparkir gerobak dagangan, lalu ikut berjamaah shalat Isya. Usai shalat, aku duduk-duduk di serambi, jama’ah telah sepi. Saat sedang merenungi nasib, datanglah imam masjid itu. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, dia serta merta memberikan pecinya kepadaku, semula aku menolaknya, namun dia memberikannya dengan tatapan yang sangat ikhlas.Katanya: “begini anak muda, kulihat kau sebenarnya baik, rajin, jujur, mungkin memang nasib belum berpihak padamu, jangan putus asa, tetaplah berusaha Nak! Bapak berempati padamu, bapak hanya bisa mendoakanmu. Dan, kuberikan peci ini padamu, semuga kelak kau berhasil”, kemudian dia menghilang, cling!hehehe....tidak-tidak, memangnya ini sinema horor.

Aku tidak pernah percaya pada hal-hal gaib, mengenai benda-benda bertuah, tapi semenjak aku memakai peci ini, daganganku laris-manis, dari isu bakso tikus, hingga isu formalin kundang, hehehe..... bukan-bukan formalin thok! Daganganku tetap laku, laku keras malah!
Setiap hari aku cuma jualan 75 mangkok, tidak lebih, tidak kurang, aku nggak pernah menambah jumlah daganganku walaupun aku sedang laku keras, aku ngga mau serakah, takut kualat. Aku berjualan sampai dagangan habis, meskipun harus berjualan sampai menjelang dini hari. Ah.....meski sekarang agak sepi, tapi kita harus tetap bersyukur..., hari ini laku 67 mangkok.

Ting......ting.......ting...............
Ya.....begitulah hidup, ceritaku ngga menarik ya??
Sebenarnya ada satu permasalahan yang hingga kini belum aku temukan jawabannya. Sejujurnya aku malu mengatakannya. Tapi akan kuceritakan padamu. Asal kamu jangan menceritakan hal ini pada siapapun, janji?.............ya sudah kalau ngga mau......
Janji ya!!??? Baiklah....

Begini ceritanya, sebenarnya hingga kini aku masih jalang...., jalang? Oh, maksudku lajang, telajang......kalau mandi.....hihihi....bukannya aku tidak laku, sudah beberapa kali aku mendekati perempuan. Tapi mereka menyingkir, apa salahku? Apa kekuranganku? Apa karena kelebihanku adalah kekuranganku?
Aku pernah punya pacar, dari penampilannya bisa kugambarkan: tubuhnya tinggi, kulitnya putih, rambutnya putih, ehh....sebentar maksudku rambutnya panjang, dia baik, ramah, sopan, meski agak manja, dia memahami aku, mau mengerti keadaanku. Ah....hari-hariku menjadi sangat indah dan berwarna, aku semakin giat bekerja, tapi saat kuajak untuk serius, dia selalu menghindar. Hingga akhirnya suatu saat kami berbicara 4 mata:

Dek, sekian lama kita pacaran, apa tidak ada pikiran untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan?
Bukannya aku menolak keinginanmu mas, tapi ada satu hal yang menganjal hatiku mas....
Bicaralah, bukankah sudah sejak semula mas selalu mengatakan kejujuran adalah yang paling utama dalam hubungan kita?
Memang benar mas, selama ini mas Faiz selalu bicara jujur, apa adanya dan tak ada yang ditutupi sama sekali.
Ya..., kurasakan selama ini adek mau menerima keadaanku yang sebenarnya, lalu?
Ini masalah Fitri sendiri mas...., fitri.....mas...
Kenapa diam? Ayo lanjutkan, adakah yang kau sembunyikan dariku...?
Maafkan Fitri mas..., sebenarnya Fitri sudah bukan gadis lagi, Fitri sudah punya anak, mas? Kenapa gantian mas yang terdiam? Mas, kenapa? Mas marah?
Aku tidak marah, dan bisa menerimamu dek, lalu dimana anak itu sekarang? Dan suamimu?
Anakku meninggal saat aku melahirkannya. Dan pacarku kabur, tak mau bertanggung jawab. Dia pergi, dasar b*****an!!!
Sudahlah, tinggalkan kubangan hitam masa lalumu dek, kita songsong hari depan yang cerah.
Tapi statusku bukan gadis lagi mas, gadis bukan, janda pun bukan mas.....(crying)




Posted by Somet The 武士 Label: ,

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates