Friday, January 26, 2007 at 2:18 AM | 0 komentar  
Atas Nama Takdir

Demi ALLAH yang menguasai segala takdir.
Cukup sekian takdir selalu dikambing hitamkan.
Demi ALLAH yang menguasai semua ubun-ubun makhluk-Nya.
Dia akan murka...
ketika takdir selalu dipersalahkan.

Atas nama takdir.
Cukup sekian takdir dikambing hitamkan...
atas keengganan kita berusaha...
karena kebesaran ego dan gengsi...
karena emosi sesaat itu...

Atas nama takdir.
yang didalamnya tertulis rizki, amal, ajal, bahagia/sengsara
(H.R Ibnu Mas'ud, Bukhari Muslim),

Bangkitlah....
bukankah ALLAH tak akan merubah mereka...
selama mereka tidak merubah sebab-sebab kemunduran mereka (Ar Ra'd:11).

Berdirilah...dengan tegar...
Pertolongan dan kemenangan itu datang dari-Nya, maka pujilah Dia (An Nashr:1).
Bersabarlah...
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al-Insyirah:5-6).

Atas nama takdir,
Bahkan burung yang tertembak tetap terbang tinggi,
Karena dia juga berusaha dan berdoa.
Demi Allah, yang jiwaku ada dalam genggaman tangan-Nya.
Hanya kepada-Mu hamba bergantung.
Hanya kepada-Mu hamba berharap.
Wahai yang Maha Mebolak-balikan Hati...
mantapkanlah hati kami...

Kolong langit-Mu, 220107
Posted by Somet The 武士 Label:
READ AND MUSE THIS
Ayah Juga Lupa


Dengar nak: Ayah mengatakan ini pada saat kau terbaring tidur, sebelah tangan kecil merayap di bawah pipimu dan rambutmu yang keriting, pirang, lengket pada dahimu yang lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. Baru beberapa menit yang lalu, ketika ayah sedang membaca koran di ruang perpustakaan, satu sapuan sesal yang amat dalam menerpa. Dengan perasaan bersalah Ayah datang masuk menghampiri pembaringanmu.
Ada hal-hal yang ayah pikirkan, Nak: Ayah selama ini bersikap kasar kepadamu. Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak pergi ke sekolah karena kau cuma menyeka mukamu sekilas dengan handuk. Lalu ayah lihat kau tidak membersihkan sepatumu. Ayah berteriak marah tatkala kau melempar beberapa barangmu ke lantai.
Saat makan pagi ayah juga menemukan kesalahan. Kau meludahkan makananmu. Kau meletakkan sikumu di atas meja. Kau mengoleskan mentega terlalu tebal di rotimu. Dan begitu kau baru mulai bermain dan Ayah berangkat mengejar kereta api, kau berpaling dan melambaikan tangan sambil berseru, selamat jalan, ayah! dan Ayah mengerutkan dahi, lalu menjawabmu, Tegakkan bahumu!

Kemudian semua itu berulang lagi pada sore hari. Begitu Ayah muncul di jalan, Ayah segera mengamatimu dengan cermat, memandang hingga lutut, memandangmu yang sedang bermain kelereng. Ada lubang-lubang pada kaus kakimu. Ayah menghinamu di depan kawan-kawanmu, lalu mengiringmu pulang ke rumah. Kaus kaki mahal, dan kalau kau yang harus membelinya, kau akan lebih berhati-hati! Bayangkan itu, Nak, itu keluar dari pikiran seorang ayah!
Apakah kau ingat, nantinya, ketika Ayah sedang membaca di ruang perpustakaan, bagaimana kau datang dengan perasaan takut, dengan rasa terluka dalam matamu? Ketika ayah terus memandang koran, tidak sabar karena gangguanmu, kau jadi ragu-ragu di depan pintu. Kau mau apa? semprot Ayah.

Kau tidak berkata sepatah pun, melainkan berlari melintas dan melompati Ayah, kau melemparkan tanganmu melingkari leher dan mencium Ayah, tangan-tanganmu yang kecil semakin erat memeluk dengan hangat. Kehangatan yang Tuhan tetapkan untuk mekar di hatimu yang bahkan pengabaian sekalipun tidak akan mampu melemahkannya. Dan kau pergi, bergegas menaiki tangga.

Nah, Nak sesaat setelah koran jatuh dari tangan Ayah, dan satu rasa takut yang menyakitkan menerpa Ayah. Kebiasaan apa yang sudah Ayah lakukan? Kebiasaan dalam menemukan kesalahan, dalam mencerca. Bukan berarti Ayah tidak mencintaimu; Ayah lakukan ini karena Ayah berharap terlalu banyak dari masa muda. Ayah sedang mengukurmu dengan kayu pengukur dari tahun-tahun Ayah sendiri.

Dan sebenarnya begitu banyak hal yang baik dan benar dalam sifatmu. Hati mungil milikmu sama besarnya dengan fajar yang memayungi bukit-bukit luas. Semua ini kau tunjukkan dengan sikap spontanmu saat kau menghambur masuk dan mencium Ayah sambil mengucapkan selamat tidur. Tidak ada masalah lagi malam ini, Nak. Ayah sudah datang ke tepi pembaringanmu dalam kegelapan, dan Ayah sudah berlutut disana, dengan rasa malu!!
Ini adalah sebuah rasa tobat; Ayah tahu kau tidak akan mengerti hal-hal seperti ini kalau Ayah sampaikan padamu saat kau terjaga. Tapi esok hari Ayah akan menjadi ayah sejati! Ayah akan bersahabat karib denganmu, dan ikut menderita bila kau menderita, dan tertawa bila kau tertawa. Ayah akan menggigit lidah Ayah kalau kata-kata tidak sabar keluar dari mulut Ayah. Ayah akan terus mengucapkan kata-kata ini seolah-olah ritual: Dia cuma seorang anak, dia juga manusia!

Ayah khawatir sudah membayangkanmu sebagai seorang dewasa. Namun, saat Ayah memandangmu sekarang, Nak, meringkuk terbaring dan letih dalam tempat tidurmu, Ayah lihat bahwa kau masih seorang bayi. Kemarin kau masih dalam gendongan ibumu. Ayah sudah meminta terlalu banyak, sungguh terlalu banyak.
by:
W. Livingstone Larned

Teriring doaku kepada Tuanku, ALLAHku semoga Dia selalu memberi hidayah-Nya
Kolong Langit-Mu, 19107
Posted by Somet The 武士 Label:
Kata Somet ini....

Kudengar radio ini....
Lalu kuberkata ; inikah hidup
Dimanakah cinta itu?
Digurun pasirkah....

Kata Agnes:
Bagaimana caranya untuk, agar kau mengerti bahwa aku rindu.
Bagaimana caranya untuk agar kau mengerti bahwa aku cinta.
Masihkah mungkin, hatimu berkenan menerima hatiku untukmu.
Cintaku sedalam samudra setinggi langit diangkasa kepadamu.
Cintaku sebesar dunia seluas jagad raya ini kepadamu...kepadamu.
Bagaimana caranya agar kau mengerti bahwa aku mencintaimu selamanya? Bagaimana caranya agar kau mengerti bahwa aku merindukanmu selamanya?

Lalu aku berkata : Kau sama sepertiku Agnes, tapi bukankah nyanyimu dibayar???
Tahukah?
Karena aku merasakannya dengan hatiku, bukan mulutku..
Posted by Somet The 武士 Label:

Celoteh UHUX si burung hantu jantan yang ditinggal mati istrinya si IHIX burung hantu betina yang ditabrak pesawat ADAM AIR, jatuh ke laut, lalu dilibas kapal
SENOPATI NUSANTARA

malam muncul, senja pergi dengan enggannya
sepasang elang riuh bercekcak-cekcok
kalau kau kejam, aku bisa lebih kejam darimu, kata elang betina
aku bisa lebih kejam dari seluruh elang di dunia, timpal elang jantan
semua itu memang perlu hiperbola,
sebelum mereka kehilangan,
kapan aku bertemu ihix lagi, kata siuhux
kearah barat daya,
hari mulai dengan kelamnya
merpati betina mengepakkan sayapnya
tinggalkan telur-telur cinta
merpati jantan diam saja
kita sudah tidak sinkron lagi, biarkan aku pergi, jerit si merpati betina
semua itu tak berguna
jika dinda disini,
tak perlu sinkronisasi, dinda ihix dimana kau..., kata siuhux
malam enggan pergi
alunan beethoven mengalun lembut,
lembut-lembut gemulai
menyakitkan langit,
menyayat hati...
apa kau merasakannya...dindaku?
apel tadi malam masih terasa disini..
di tembolokku, dan mungkin ditembolokmu..,
namun kau kemana...
bangkaimu-pun urung kutemukan
cepatlah pulang sayang...
setidaknya kau kirim sinyal ELBA
ku pasti menjemputmu,
bawakan syal sutra favoritmu
atau...
setidaknya kubagi rasa hangat ini padamu
tak peduli lagi personalitymu, personalityku
bagiku kau segalanya
lupakan hina dina yang sering terlontarkan
bukankah sehari lagi engkau kan telurkan buah-buah cinta kita
malam semakin kelam...,
celoteh-celoteh ini menjadi celoteh malam...
bukan hanya celotehku sayang...
sering ku bertanya kepada langit,
Kenapa malam harus kelam?
Kenapa malam ini lama sekali?
Posted by Somet The 武士 Label:
Aku hanya Somet, bukan Chairil Anwar


Apa yang harus ku lakukan lagi
Kata orang, tanpa mode manusia tidak bisa hidup
Tapi aku masih hidup walau tanpa kata modis

Kata orang aku kuno
Karena aku mencoba mempertahankan idealisme ini
Tapi karena idealisme inilah aku teguh
Walau hanya berdiri satu kaki

Aku tak ingin terkenal sepertimu Bang Chairil
Aku hanya menuliskan apa yang kulihat, kudengar, dan kurasakan
Sama sepertimu
Berjuang menumpaskan egoisme-egoisme dunia yang se-saat dan jadi sesat

Walau pena berubah menjadi komputer
Pena tetaplah pena
Tetap kutulis walau ter-amputasi tangan ini
Tetap menulis
Walau ajal sudah didepanku

Kita tak bisa ubah masa lalu
Tapi masa lalu itu pelajaran, orang sudah melupakan sejarah
Sejarah hanya luka, kata orang
Karena orang tak suka sejarah, wagu, ngantuki, katanya
Tapi inilah sejarah suka
Bukan duka semata

Aku hanya somet, yang ingin menulis
Karena rakyat kita hanya bisa menulis sms
Menulis tentang Keagungan-Nya
Menulis orang-orang tersayang
Menulisi alam semesta
Menulis jagad raya

Aku ingin menulis
Tapi aku bukan Chairil Anwar
Posted by Somet The 武士 Label:
Wednesday, January 10, 2007 at 8:18 PM | 0 komentar  
Kesayang-sayang

saat waktu-waktu itu pergi
karena ku siakan dia hanya untuk kotak-kotak laknat, berisi ribuan channel-channel pantat
saat waktu-waktu itu pergi
aku belum berkata
aku sangat menyayanginya
tapi dia tak kembali

kekasihku...cahaya hatiku
ketika kuacuhkan tatap matamu
ketika aku meremehkan mawar-mawarmu
aku hanya mengisi dompetmu
dan tidak dengan hatimu
kau menghilang
sebelum ku ekspresikan
segudang jiwa-jiwa cinta padamu
aku sangat menyayangimu
kuharap kau kembali....

otakku..!!!
kemana kau membawa lari akalku
senangkah kau lihat ku merana?
ku tau, kau tak suka blue film, balas dendamkah ini?
umpama keledai pengangkut pasir di samudra, seperti itulah aku, kamu...dan kamu...kini...
akalku..kau minggat, sebelum aku berjanji
mematuhi janji-janji yang kubuat dahulu
ku sayang kamu
dan kaupun tak kembali

sayang sayangku
kekasihku kesayanganku
waktu-waktu yang kusayangi
akalku yang kusayang-sayang
hatiku tersayang
Yaa Robbi... tempat segala pangkal kesayanganku
jangan pergi...aku mohon.....
tinggal kau temanku yang tersisa
nuraniku jangan pergi...baiklah, kau sekarang bosnya..kau senang kan?
kata nurani : telat! sudah muak aku kau ludahi tiap hari...slamet jalan, smoga slamet sampe tujuan!
nuraniku...kemana...kau...akan...thiiii....t...

Allahku...kau pasti sudah melihat semuanya
hamba tak pernah tahu tentangMu
hamba hanya segumpal daging kusam
Engkau pun tau, selama ini hamba hanya ber-absen ria, klise..., bukannya menaatiMu
tetapi, cinta-cinta suci itu tetap Kau berikan
dan nafas-nafas ini tetap kau alirkan
jangan tinggalkan hamba, walau sekedip mata
Posted by Somet The 武士 Label:
Monday, January 01, 2007 at 5:12 AM | 0 komentar  
HATI CIMOT...
cimot merah...
cimot
biru....
cimot hitam...
cimot emas...

belaian lembutmu seperti angin sejuk pagi hari ditengah kemarau
sebuah bulan selalu menunggumu
dan kaupun selalu menunggu bulan
bulan yang sedang berjuang menghidupi malam
ditengah pekatnya awan-awan hitam kelam

cimot merah...
cimot
biru...
cimot silver...

cinta tulus tanpa uang
cinta bersih tanpa noda kau berikan
slalu menunggu tak kenal zaman
dari bulan berganti matahari
lalu bergati bulan lagi

cimot merah...
cimot
biru...
cimot yang pink...

cimot yang tak peduli style-style semu
cimot yang tak peduli mode-mode memuakkan
cimot yang tak kagum dengan kata modern
cimot yang....apa adanya..
kata cimot: biasa aja

ahai....dialah cimot
batu karang ditengah samudra Hindia
hanya dia batu karangnya
diterpa bilyun-bilyun liter air tak ada habisnya
cimotku...., kata bulan: aku kan slalu menemanimu dimalam hari...
ketika bulan menjadi matahari, dia berkata lagi: aku kan menghangatkanmu disiang hari....

cimot..merah..cimot..biru...cimot..emas...cimot...silver...cimot...pink..cimot...cimot..cimot...

nun jauh disana, seorang pak tani menabuh gendang
dan bu tani bernyanyi riang: cimot...cimot..putih..lambang ketulusan...
Posted by Somet The 武士 Label:
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates